Monday, March 21, 2011

Dan alangkah menyenangkan punya sahabat


“’Dan alangkah menyenangkan punya sahabat. (mungkin). Karena saya sendiri tidak punya sahabat, dan hanya bisa bermimpi untuk punya sahabat, suatu saat.
Adalah status terakhir Excel di accountnya”, cerita OL

“hanya itu? Tak ada yang lain?”, tanya WiFi

OL hanya bisa menggelengkan kepala. “terus terang kami bukan teman akrab. Meskipun kami dulu belajar di sekolah yang sama, dan bahkan pernah satu kelas saat kelas tiga sma. Tapi di kelas, Excel termasuk anak yang cerdas dan aktif. Selalu terlihat tenang, dan murah senyum,” tutur OL yang sesaat kemudian menarik napas dalam - dalam dan menghembuskan dengan tiba - tiba, seolah ingin melepaskan beban yang menumpuk di bahunya, seperti halnya bakteri yang lama menggumpal di hatinya. Terlihat sebenarnya dia tahu sesuatu tapi tak mampu mengungkapkan. Matanya menerawang jauh ke depan, ke jalan kosong didepan sekolah kami.

Angin berembus menyapu jalan tunggal itu, menjatuhkan setiap daun tua dari pohon – pohon besar di kiri kanannya. Pohon yang sudah tahunan tumbuh ditempat itu. Lama sebelum kami datang ke sekolah ini lima tahun lalu. Masih dengan akar dan batangnya yang kokoh berdiri tegak disana, selalu setia menjadi pasukan penyambut kedatangan kami di pagi hari serta kepulangan kami di sore hari. Ya.. mereka adalah saksi hidup tentang semua kenangan di sekolah ini, di jalanan itu.

Saturday, March 5, 2011

Just try to be nice



Hmm… hari ini kembali diingatkan kalau saya orang asing disini.
Salah satu kendala menjadi mahasiswa asing adalah makanan. Meskipun saya tidak terlalu cerewet dengan rasa makanan, tetapi ada rasa yang sampai sekarang lidah saya belum bisa menerima. Karena saya bukan orang India, kadang teman2 menawari saya untuk mencicipi makanan mereka. Dengan tanpa keberatan pun pasti saya akan mencobanya.

Seperti yang terjadi tadi pagi. Teman saya membawa permen. Permen khas India dia bilang. Menolak saat ditawari teman saya pikir tidak sopan karena teman2 yang lain semuanya mencicip. Akhirnya saya mengambil satu. Semua teman melihat ke arah saya. Tanpa ragu saya masukkan permen ke mulut saya.. dan… benar2 rasa India!!. Baru kali ini mencoba rasa yang seperti ini. Saya tidak bilang kalau rasanya tidak enak. Hanya saja saya tidak terbiasa.
Pertama memang bisa tahan. Teman saya bertanya,”do you like it?”
Dan saya tahu, jawabannya adalah iya. Saya harus menghormati apapun yang mereka punya, especially anything they fond of. No other choice. Karena saya datang sudah memutuskan untuk tinggal disini, itu berarti saya siap untuk mengexplore semuanya, menerima budaya mereka, ya..tanpa melupakan bedaya negari sendiri. Akhirnya, saya tersenyum sambil mengangguk. Beberapa detik kemudian, usaha untuk menyembunyikan kesan sebenarnya mulai tergoyahkan.. Asaaamm luar biasa, ada asinnya dan rasa aneh yang baru kali ini saya rasakan. Tiba2 dua orang teman (yg sepertinya curiga apakah sebenarnya saya benar2 suka dengan rasa makanan ini) berkata, “tami, you don’t like it?”. Sungguh tak mungkin saya menjawab tidak. Tidak baik menyakiti hati orang yang berniat baik pada kita. Jadi untuk menjaga perasaan mereka, dengan wajah serius dan bersungguh2 saya jawab, “I like it” sambil tersenyum.

Hmm..mungkin ini yang dirasakan mahasiswa asing di Indonesia saat makan makanan kami.. mereka orang asing di negaraku. Dan baru ingat disini ternyata saya bukan orang lokal.. :)